Anda
pasti tahu Bob Sadino. Salah seorang figur pengusaha sukses di Indonesia yang
mengawali karirnya dengan berjualan telur secara door-to-door, kemudian menjadi
pelopor dalam industri peternakan unggas dan makanan olahan, hingga berhasil membangun
kerajaan bisnisnya hingga saat ini. Kemarin saya diundang oleh Pak Budi Utoyo
(Leha-Leha Spa), Pak Nyoman Londen (Edola Burger) dan Pak Dodi Mawardi
(penulis) untuk berbincang-bincang langsung dengan Om Bob. Sebuah kesempatan
langka buat saya pribadi, karena sudah sejak lama saya mengagumi salah satu
fenomena bisnis Indonesia ini.
Jika
Anda bertemu dan berdialog langsung dengan beliau, dan berharap akan memperoleh
tips-tips bisnis instan a la Brad Sugars, besar kemungkinan Anda akan kecewa.
Justru seluruh pola pikir Anda akan dijungkir-balik kan, dikocok-kocok,
dibuyarkan, dan Anda pulang dalam kebingungan. Saya pun demikian. Namun, di
perjalanan pulang, saya merenung, dan ternyata banyak hal yang semula tidak
masuk akal, berhasil saya rangkai dalam otak saya menjadi sesuatu yang justru
luar biasa jernih dan masuk akal. Betul-betul seperti berdialog dengan seorang
Sufi. Nah, Anda tidak perlu ikut kebingungan, berikut catatan pertemuan saya
dengan Om Bob, dari sudut pandang dan kesimpulan saya:
1. Menjadi Goblok
Betul,
Anda tidak salah baca. Untuk menjadi pengusaha yang baik, Anda justru harus
goblok. Ini bahasa beliau sendiri yang cara bertuturnya sangat khas orang
“jalanan”. Sekilas terdengar kasar dan mengada-ada. Bahkan Om Bob terkenal
dengan ucapan beliau yang kemudian pernah dibukukan: “Kalau Mau Kaya, Ngapain
Sekolah?”. Ya, seolah-olah beliau sangat anti sekolah, anti belajar, anti
membaca dan sebagainya. Padahal, di rumahnya, saya lihat rak buku beliau yang
jauh lebih padat dari rak buku saya, jelas beliau makhluk pembelajar. Namun
yang membedakan adalah, beliau lebih berorientasi pada tindakan dan belajar
langsung dari kehidupan, bukan dari sekolah dan kalau dicermati, justru
“menjadi goblok” ini memiliki filosofi yang sangat mendalam. Dengan menjadi
goblok, maka Anda sebenarnya selalu dalam posisi mengesampingkan “Mr. I Know”
Anda dan terus belajar dan terus maju. Sebaliknya, mereka yang masuk kategori
“orang pintar” kadang memiliki beberapa kelemahan yang akan menghambat proses
menjadi pengusaha, misalnya: Terlalu menggunakan logika, sehingga tidak berani
bermimpi besar. Orang pintar mengandalkan logika, sehingga hanya berani
bermimpi dalam batas logika mereka. Sementara orang goblok akan bermimpi jauh
melampaui logika mereka. Terlalu banyak menganalisis. Orang pintar melakukan
berbagai perhitungan untung rugi dari berbagai metoda dan scenario, sehingga
malah tidak berani segera mengambil tindakan. Orang goblok, sebaliknya
mengambil keputusan dengan cepat dan berani, dan akan belajar dari kesalahan.
Orang pintar karena tahu banyak hal, cenderung ingin mengerjakan semuanya
sendiri. Sebaliknya, orang goblok, karena keterbatasannya akan berpikir untuk
melakukan rekrutmen dan delegasi kewenangan. Ini yang menyebabkan banyak orang
pintar ketika memulai bisnis gagal membentuk tim, karena ingin berada di semua
lini. Orang pintar mengandalkan pengetahuan dan informasi dari masa lalu.
Ibarat makanan, informasi di masa lalu sudah menjadi basi, sehingga kadang
malah meracuni. Orang goblok justru selalu menggali informasi yang segar dan
relevan dengan apa yang sedang dikerjakan sekarang.
2. Manusia Tanpa Tujuan dan Tanpa Rencana
Nah,
pasti Anda makin melotot, masa tanpa tujuan? Betul, berulangkali beliau
mengatakan bahwa beliau tidak punya rencana dan tidak punya tujuan. Wah,
bagaimana bisa? Bukankah selama ini kita diajarkan untuk memiliki tujuan yang
jelas dan rencana yang detil untuk mencapai tujuan tersebut? Bagaimana mungkin
usaha yang demikian besar dikembangkan tanpa rencana dan tujuan? Ya demikian
kenyataannya, menurut Om Bob. Beliau tidak pernah terbebani oleh rencana dan
tujuan. Ada dua kata kunci yang saya tangkap dari Om Bob dalam menjalani hidup
tanpa tujuan yang beliau istilahkan “mengalir” tadi. Pertama adalah: Proses.
Dengan tidak berpaku kepada tujuan, maka kita akan lebih mengikuti prosesnya,
menekuninya, dan memberikan yang terbaik. Kedua adalah: Enjoyment. Om Bob
menekankan pada “kenikmatan” mengikuti prosesnya. Pahit dan getirnya menjalani
proses, nikmati saja. Prinsip ini sesuai benar dengan prinsip “goal free
living” yang pernah ditulis Stephen Saphiro dalam bukunya yang terkenal itu.
Dengan membebaskan diri dari tujuan yang kaku, kita malah akan selalu dapat
melihat berbagai kesempatan dan peluang yang kadang tiba-tiba hadir dalam
perjalanan kita. Orang-orang yang “goalaholic”, seringkali melewatkan berbagai
peluang dalam perjalanan hidup mereka karena terpaku pada “tujuan” mereka.
Isn’t that interesting?
3. Bebas dari Tiga Belenggu
Ada
tiga belenggu yang menurut Om Bob dapat menghambat kita:
Pertama:
Belenggu Rasa Takut. Ini belenggu yang sangat kuat mencengkeram kita, seperti
takut gagal, takut miskin, takut ditolak, dsb. Ini faktor penghambat yang
sangat kuat dan harus dipatahkan.
Kedua:
Belenggu Harapan. Kadang kita berharap terlalu banyak, sehingga malah menjadi
belenggu bagi diri sendiri. Belum-belum sudah berharap banyak, dan akhirnya
kecewa karena harapan nya tidak tercapai. Dengan membebaskan diri dari harapan,
maka Anda akan bebas dari kekecewaan. Menurut saya ini prinsip “detachment”
(tidak melekat pada hasil) yang juga sangat dianjurkan oleh Deepak Chopra.
Dan ketiga: Belenggu Jalan Pikiran. Ini yang sering menghinggapi “anak sekolahan”, yang terbelenggu oleh jalan pikirannya sendiri, sementara realitas di kehidupan masyarakat jauh dari teori yang pernah dipelajari.
Dan ketiga: Belenggu Jalan Pikiran. Ini yang sering menghinggapi “anak sekolahan”, yang terbelenggu oleh jalan pikirannya sendiri, sementara realitas di kehidupan masyarakat jauh dari teori yang pernah dipelajari.
Muhammad Aprizal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar