Selasa, 22 Mei 2018


Wanita cantik ini sudah tidak asing lagi di layar kaca tanah air, siapakah dia? yaa, ia memiliki nama lengkap Najwa Shihab yang akrab di panggil Nana. Lahir di Makassar, 16 September 1977, anak ke 2 dari 4 bersaudara pasangan Quraisy Shihab (Menteri Agama Era Kabinet Pembangunan VII) dan Fatmawati Assegaf. Najwa menikah dengan Ibrahim Assegaf pada tahun 1997 dan dikaruniai seorang putra yaitu Izzat Assegaf, sekarang sudah berumur 17 tahun. Najwa merupakan  lulusan dari  Fakultas Hukum Universitas Indonesia tahun 2000, lalu ia memulai karirnya dengan terjun ke dunia jurnalistik ketimbang menjadi pengacara seperti pada umum nya.

Tahun 2000 Najwa memulai karir nya di media, ia menjadi reporter di Metro TV. Kebanggan tersendiri untuk ia menjadi reporter pertama pada TV berita di tanah air. Ia mengeluarkan kemampuan nya sebagai wartawan TV hingga menjadi host program, tidak hanya itu Najwa Shihab adalah reporter pertama yang melaporkan keadaan di Aceh pasca bencana tsunami 2004, dari hasil laporan nya dinilai memberikan dampak yang bagus, membangkit kan rasa kepedulian dan empati masyarakat luas terhadap bencana tersebut. Najwa tidak kehilangan daya kritis dan ketajaman nya, ia berpendapat bahwa pemerintah tidak siap dalam menyikapi atas bencana tersebut, terlebih kepada MENKOKESRA pada saat itu yang di jabat oleh Alwi Shihab yang ternyata paman nya sendiri. Setelah tragedi Aceh tersebut ia mendapat penghargaan dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) dan menjadi wartawan terbaik Metro TV .  Sebagai Jurnalis Najwa mempunyai segudang prestasi, ia masuk nominasi sebagai Pembawa Acara Terbaik Panasonic Award, terpilih menjadi peserta Senior Journalis Seminar yang di adakan di Amerika Serikat dan menjadi seorang pembicara di konvensi Asian American Journalist Association. Jurnalistik membawa najwa kepada level internasional yaitu berhasil masuk nominasi Asian Television Awards dalam kategori Best Current Affairs/ Talkshow Presenter. Sangat membanggakan sekali bukan?Indonesia mempunyai wanita cantik, cerdas dan juga cinta tanah air.

Kesungguhan nya dalam dunia jurnalistik Najwa terus menambah ilmuan nya secara total, awal 2008 ia pergi ke Australia sebagai peraih Full Scolarship for Australian Leadership Awards dan mendalami bidang hukum media. di pertelevisian Indonesia sudah tidak asing lagi dengan pemikiran kritis dan kecerdasan Najwa, terlebih di acara ‘Mata Najwa’ yang dibawakan sendiri oleh dirinya. Metro TV memberikan apresiasi kepadanya dengan memberikan sebuah talkshow memakai nama nya. Di ‘Mata Najwa’ dia banyak berbincang dengan tokoh terkemuka, bukan Najwa jika ia tidak memperlihatkan ke kritisan dan kecerdasan nya,pertanyaan yang dia sampaikan pun sangat tajam dan jelas,hingga membuat kikuk Narasumber nya. Bagaimana tidak bangga,banyak tokoh ternama Indonesia yang ia wawancarai diantaranya B.J.Habibie, Megawati Soekarnoputri, Joko Widodo, SBY, Jusuf Kalla, dan masih banyak lagi. Di Metro TV pun ia dijadikan sebagai Wakil  Pemimpin Redaksi,keberanian nya memang tidak bisa diragukan lagi.

Pada tahun 2016 Najwa menerbitkan buku salah satu nya berjudul ‘Catatan Najwa’ dimana isi nya berupa refleksi dirinya atas isu-isu yang ia bahas di Mata Najwa ,dalam buku nya ia ingin menyampaikan benang merah apa yang sebetulnya terjadi di negeri ini. Betapa ia tidak menyukai ketidakadilan dan korupsi yang marak terjadi di Indonesia. Di akun media social nya pada 8 Agustus 2017 Najwa menyampaikan pengunduran dirinya dari Metro TV, episode live terakhir Mata Najwa bersama Novel Baswedan dan benar-benar berakhir Agustus 2017 dalam episode’ Catatan Tanpa Titik’.

Najwa Shihab mengawali karier nya di Metro TV, langkah perjalanan Najwa Shihab di dunia jurnalistik  mengulas persoalaan yang terjadi di negeri ini, ia ingin memajukan bangsa nya sendiri. Kepekaan nya terhadap permasalahan di Indonesia  membuat ia semangat untuk memberantas nya. Najwa juga di tunjuk sebagai Duta Baca Indonesia (2016-2020) dan Duta Pustaka Bergerak. Wanita ini ingin menyebarkan minat baca ke penjuru negeri, upaya yang ia lakukan adalah membangun ‘Perpustakaan Bergerak’ yang berjalan dari satu wilayah ke wilayah lain. Najwa kembali muncul di media dengan acara yang sama yaitu ‘Mata Najwa’ yang tayang trans7 pada awal tahun 2018. Ia mengajarkan kita untuk peka terhadap permasalahan disekitar,membangun Indonesia lebih baik lagi merupakan tujuan utamanya, membuat pemuda pemudi untuk berbudaya literasi, ia sangat cinta Indonesia dan menjunjung tinggi nilai nilai kemanusiaan terutama kepada wanita,karna dengan membaca banyak sekali pengetahuan yang di dapat.

Nah begitulah sedikit riwayat tentang Najwa Shihab,sangat menginspirasi kita semua untuk banyak membaca, kecerdasan dan keberanian Najwa harus kita contoh terutama bagi kaum wanita,karna wanita itu harus tangguh dan cerdas. Terimakasih semoga bermanfaat.  
 
Helda Handayani Sadeli 

 







Lebih dari 100.000 suporter berbondong-bondong menuju Jakarta dengan jarak ratusan kilometer bahkan banyak warga Jakarta asli yang menyaksikan laga final di era perserikatan untuk menyaksikan Persib Bandung dengan PSMS Medan pada saat itu di Stadion Utama Gelora Bung Karno yang memang pada saat itu menarik animo penonton dari seluruh kalangan masyarakat Indonesia.

Ratusan ribu suporter dari klub kebanggaan ibu kota Persija Jakarta yaitu The Jakmania dan juga Persib Bandung yang memiliki basis suporter yang tidak kalah besar juga yaitu Bobotoh yang ingin langsung merasakan atmosfer laga el clasico Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno bahkan di Bandung langsung yang menjadi sebuah halangan sampai sekarang dari dua kubu suporter tersebut untuk saling bertemu. Dan juga masih banyak laga derby yang tidak kalah menarik untuk menarik perhatian dari seluruh kalangan masyarakat Indonesia seperti laga pertandingan Persebaya melawan Arema Malang yang menjadi laga penuh emosi dari kedua suporter tersebut yaitu Bonek Mania dan Aremania yang menjadi rivalnya.

Tulisan ini saya ceritakan bagaimana keadaan dan sebegitu berapa pengaruhnya sepakbola Indonesia sekarang? mungkin sekarang sepakbola olahraga yang dijadikan hobi utama dan dijadikan kebudayaan baru oleh masyarakat Indonesia. Bahkan dijadikan sebuah kewajiban, ibarat ibadah yang tidak boleh ditinggalkan. Sepakbola di Indonesia telah menjalar ke semua kalangan, maupun dari kalangan anak kecil, remaja, dewasa, bahkan dari kalangan yang sudah lanjut usia dan yang masih balita. Termasuk saya yang juga suka dengan sepakbola di Indonesia yang hobinya ke stadion untuk mendukung langsung klub kesayangan saya Persija Jakarta dibandingkan dengan sepakbola luar negeri yang tidak kalah menarik juga. Tetapi bagi saya, menyukai sepakbola didalam negeri sendiri itu lebih baik, karena kita bisa mengikuti perkembangan sepakbola kita sendiri dan dijadikan sebuah pengetahuan yang lebih luas.

Andai dulu bukan Belanda yang menjajah Indonesia, andai dulu sepak bola hanya dimainkan di lapangan rumput, apa yang terlihat di final Piala Presiden antara Persija dengan Bali United yang langsung dihadiri ratusan ribu suporter Jakmania yang memungkinkan tidak semuanya bisa masuk ke dalam stadion, sebuah turnamen pendek tapi mampu membuat penggila bola memadati SUGBK tidak akan terjadi.

Yang saya dapat informasi dari banyaknya media bahkan melihat dengan mata saya sendiri dengan langsung banyak yang rela bepergian jauh dengan menggunakan sepeda, jalan kaki mengelilingi Indonesia bahkan ke luar negeri untuk menyaksikan pertandingan langsung tim kebanggaannya dengan cara mereka sendiri untuk sampai ke stadion. Sungguh sangat disayangkan dan mengerikan bila hanya menonton bola dengan cara seperti itu. Tapi inilah salah satu ciri khas dari sepakbola di Indonesia yaitu dikalangan suporternya yang terus bernyanyi dan tidak kenal lelah mendukung tim kebanggaannya bertujuan menjatuhkan mental pemain lawan.

Tetapi suporter Indonesia kelakuannya banyak yang melewati batas, sampai-sampai menghilangkan banyak nyawa orang dari kalangan antar suporter yang menjadi sasarannya karena terlalu fanatik dan mementingkan egoisme dari kelompok suporter itu sendiri, meskipun sekarang sudah mulai membaik dan mewujudkan jiwa nasionalisme pada diri mereka.

Hal yang menarik dalam sepakbola Indonesia adalah politik dan sepakbola sudah menjadi satu kesatuan. Mengapa demikian? karena politik dan sepakbola tidak bisa dipisahkan. Banyak orang yang memanfaatkan dunia sepakbola sebagai dunia politik. Sebenarnya manusia itu selalu berpolitik, anda tidak akan bisa melepaskan diri dari politik “Yang ada itulah yang berkuasa”, kata yang tidak asing lagi didunia persepakbolaan.

Sudah banyak contoh-contoh seperti itu, dimulai dari harga tiket pertandingan laga kandang Persija Jakarta yang begitu sangat mahal dibandingkan dari klub-klub lainnya. Mengapa begitu? Dilihat dari suporternya itu sendiri (Jakmania) merupakan salah satu suporter terbesar di Indonesia, walaupun harga tiket mahal tetapi stadion tetap saja terisi penuh. Hal itulah yang membuat mafia dalam sepakbola yang berkesempatan membuat tiket Persija menjadi mahal. Contoh lain yang lebih parah yaitu ketika federasi sepakbola tertinggi di Indonesia terbagi dua, yaitu PSSI dan KPSI. Bagaimana mungkin jadinya jika terbagi menjadi dua? Hal itu juga yang membuat liga Indonesia menjadi dua, yaitu ISL dan IPL. Kebijakan aneh yaitu pemain yang bermain di ISL tidak boleh membela timnas. Hal itu membuat merosoknya sepakbola Indonesia, karena pemain di ISL bisa dibilang 80% pemain berpengalaman dibandingkan IPL yang rata-rata pemain baru. Contoh lainnya banyak klub-klub yang terbagi dua, maka banyak orang yang menanyakan mana yang asli dan mana yang palsu. Hal terburuk yaitu saat Indonesia melawan Bahrain, pada saat itu Indonesia kalah 10-0 karena banyak pemain IPL yang diturunkan. Padahal FIFA mewajibkan sebuah negara untuk menurunkan pemain yang berpengalaman. Dan hal yang terbodoh di persepakbolaan Indonesia yang bisa dibilang suatu respect dari kelompok suporter saat membentangkan spanduk atau koreografi untuk aksi kemanusiaan itu malah disebut politik bahkan dikenai denda yang cukup besar. Seperti Bobotoh membuat koreografi bertulisan “Save Rohingya”, The Jakmania membentangkan spanduk “Save Ulama“ malah dikenai denda yang menurut saya tidak kecil.

Pertanyaannya, sampai kapan sepakbola di Indonesia bebas dari mafia? Mungkin butuh waktu lama untuk membuat benar-benar bersih sepakbola Indonesia bebas dari mafia. Dan mungkin sampai kapanpun persepakbolaan di Indonesia tidak akan pernah bebas dari politik dan mafia, dikarenakan sudah merupakan satu kesatuan. Karena sepakbola olahraga yang banyak digemari oleh orang banyak. Mungkin dari sisi itu mafia masuk ke dalam area sepakbola. Bahkan sampai ada celetukan “Sepakbola tanpa mafia bagaikan makan sayur tanpa garam”. 

Hilal Aulia Pasya